10 Nama Baik ALLAH
Allah-lah yang memegang keselamatan seluruh alam, dan hanya dialah yang
Maha Selamat dari segala cacat dan kekurangan. Segenap makhluk Allah
swt. Akan pernah menghadapi kekurangan, justru setelah ia sebelumnya
mengalami kesempurnaan. Dan memang, kesempurnaan manusia tentu saja
masih akan ada kekurangannya. Seluruh manusia itu senantiasa dalam
keadaan yang berubah; dari muda ia kemudian menjadi tua, tua bangka dan
tanpa dapat menolaknya, ia pun melemah dalam segala aspeknya. Sesudah
hidup, kematian pasti mengunjunginya.
Tetapi Allah Maha Suci bebas dari segala macam gangguan dan perubahan
yang setiap saat dialami oleh seluruh makhluk yang telah diciptakan-Nya
itu. Allah swt. Bebas dari kepunahan.
Manusia, siapapun yang mengharapkan keselamatan, betapapun
kukuh-kekarnya ia saat ini kelihatan, tetapi ia tetap harus bergantung
kepada-Nya. Allah swt. Adalah “As-salam”; dari Allah swt. Jugalah
datangnya “As-Salam” dan kepada “As-Salam” pulalah seluruhnya kelak akan
kembali.
Apabila kita menghadapi sesuatu bahaya yang mengancam diri kita, kita
tentulah akan berdoa ;”Ya Allah, selamatkanlah diri hambamu ini”.[1]
Dalam contoh nyata, sebagaimana yang telah dipesankan oleh Nabi agar
manusia menyebar salam, maka manusia segera dituntut untuk menjadikan
salam sebagai prinsip dalam hidup kita. Kita bisa berperilaku menjaga
keselamatan orang lain dengan berbagai cara, seperti melindungi dari
gangguan orang lain, menasehati akan kekurangan-kekurangan orang di
sekitar kita, maupun menuntun manusia lain menuju keselamatan, tentu
saja dengan niatan semua karena Allah swt.
Dalil Naqli : Q.S. Yasin 58
58. “(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.”
2. Al-Aziz : Yang Maha Perkasa
Dialah yang Maha Perkasa, yang dapat mengalahkan siapapun termasuk memusnahkan alam semesta ini.[2]
Keperkasaaan Allah tidak terbatas dan terus menerus. Adapun keperkasaan
makhluk sangat terbatas. Segagah apa pun manusia dalam waktunya ia akan
mati[3]
Dalil Naqli : Q.S. Al-Ankabut: 42
42. “Sungguh, Allah mengetahui apa saja yang mereka sembah selain Dia. Dan Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Orang-orang mukmin tidak akan pernah merasa lemah, sehingga memerlukan
perlindungan orang lain, sebaliknya mereka senantiasa akan merasa
tangguh oleh karena keyakinan mereka selalu memperoleh kekuatan dan
perlindungan dari Allah swt, yang memang menjadi pemilik ini semua.
Kekuatan itu hanyalah milik Allah swt, bagi Rasul-Nya serta bagi
orang-orang mukmin. Allah swt merupakan sumber daripada segala kekuatan
yang ada. Oleh karena itu, barangsiapa mencari sumber kekuatan di luar
Allah swt, maka bagaimanapun juga akan datang saatnya ia akan binasa.
Hanya yang kuat dan perkasa itulah yang mampu mendapatkan kemenangan dan
Allah swt-lah yang menjadi pemilik-Nya. Dan tidak seorangpun tentunya
yang dapat menyanggah bahwa Allah swt-lah yang akan menang.
Semua makhluk, diakuinya ataupun tidak, membutuhkan Allah swt, tetapi
sebaliknya Allah swt sama sekali tidak membutuhkan makhluk yang
diciptakan-Nya itu.[4]
3. Al-Khaliq : Yang Maha Menciptakan
Kata Al-Khaliq, terambil dari akar kata “khalq” yang berart mengukur
atau memperhalus. Maknanya kemudian meluas menjadi, antara lain,
menciptakan dari tiada, menciptakan tanpa contoh terlebih dahulu,
mengatur, membuat dan sebagainya[5].Dialah yang menciptakan segalanya, Dialah yang Maha Menciptakan segala sesuatu tanpa bantuan dan pertolongan siapa pun[6].
Allah Maha Pencipta Dia mampu menciptakan segala sesuatu, yang kecil,
besar, banyak, sedikit, dan yang rumit sekalipun. Manusia sebagai
makhluk Allah yang sempurna tidak mampu menciptakan sesuatu seperti yang
Allah ciptakan[7].
Manusia mampu membuat berbagai benda dengan tangannya, merakit
peralatan canggih, membangun rumah, menggambar dalam lukisan, dan
sebagainya. Namun semua itu dikarenakan Allah telah menciptakan mereka
dengan dibekali akal yang membuat mereka mampu melakukannya.
Dalil Naqli : Q.S. Al-Hasyr: 24
24. “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk
Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi
bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
4. Al-Ghaffar : Yang Maha Pengampun
Dialah yang memberikan ampunan kepada hamba-Nya yang mau bertobat dan
bersungguh-sungguh (taubatan nasuha). Maha Suci Allah, Maha Pengampun.
Karena siapa lagi yang akan mengampuni segala macam dosa, selain hanya
Allah swt belaka. Dia pulalah yang mengembangkan tirai penutup bagi
orang-orang yang telah melanggar perintah Allah swt.
Allah swt. Mengampuni dosa-dosa, maka dosa yang besar sekalipun, kalau
dikehendaki-Nya serta akan menutub aib manusia, betapapun juga
banyaknya.[8]
Allah telah membuka pintu-pintu menuju ampunan-Nya dengan cara
bertobat, mengucapkan istighfar, beriman, beramal sholeh, berbuat yang
baik kepada para hamba Allah, memberi maaf kepada mereka, kekuatan
harapan terhadap anugerah Allah, dan hal-hal lain yang dijadikan Allah
sebagai perantara pendekatan pendekatan pada ampunan-Nya.[9]
Dalil Naqli : Q.S. Fatir: 30
30. “agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.”
Berdasarkan sifat Allah ini, kita sebagai manusia juga
sebaiknya dan sudah harusnya bersikap saling memaafkan apabila terjadi
kesalahan maupun kekhilafan. Jika Allah swt Rabb seluruh alam saja
mengampuni hamba-Nya yang berdosa sekalipun besar, maka manusia yang
sama-sama masih terbelit khilaf dan lupa sudah seharusnya saling
mengerti dan bisa berdamai dengan saling minta maaf dan ditimpali dengan
saling memberi maaf.
5. Al-Wahhab: Yang Maha Pemberi
Dialah yang Maha Pemberi segala sesuatu kebutuhan makhluk-Nya yang
berdoa. Allah swt. Memberi kepada siapa yang Dia kehendaki, kepada
orang yang kaya dan kepada orang yang miskin; memberi kepada orang yang
baik dan kepada orang yang jahat serta memberi kepada orang mukmin dan
kafir. Manusia bisa saja menghitung nikmat pemberian Allah swt., tetapi
mereka tidak akan pernah dapat menunjukkan jumlahnya, karena itu adalah
rahasia Allah swt.[10]
Di kalangan manusia terkenal istilah dermawan, artinya orang
yang suka memberi. Allah Maha pemberi kepada makhluk-Nya. Misalnya, Dia
memberi rizki, memberi jodoh, memberi kedudukan, dan lain-lain. Maha
pemberinya Allah disebut al-wahhab selain itu, sifat dermawan
manusia sangat terbatas. Terkadang manusia memberikan sesuatu karena ada
maksud tertentu. Adapun al-Wahhab (kedermawanan) Allah sangat tidak
terbatas. Terbukti Allah memberikan nikmat berupa rezeki, kesehatan dan
kepintaran kepada setiap manusia, baik yang taat maupun yang ingkar
kepada Nya.[11]
Dalil Naqli : Q.S. Ali Imran 8
8. “(Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau beri-kan petunjuk
kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu,
sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”
6. Al-Fattah : Yang Maha Pembuka Pintu Rahmat
Dialah yang Maha Pembuka pintu rahmat dan mencurahkan-Nya kepada semua
makhluk-Nya. Allah swt dalam kemurahan-Nya, membukakan untuk semua
hamba-hamba-Nya rahasia alam dan kehidupan serta segala kunci ilmu
pengetahuan kerajian dan keterampilan, sehingga manusia dapat berkreasi
dan menciptakan.
Allah juga telah membukakan dunia ini serta kekuasaan untuk para Nabi
serta menyelamatkan mereka dari segala macam gangguan musuh yang
merintangi. Betapapun juga Allah tidak menutup pintu rahmat-Nya bagi
orang-orang yang mendurhakan agama-Nya serta tidak pula menutup pintu
kenikmatan-Nya untuk orang-orang yang kufur kepada-Nya.[12]
Dalil Naqli : Q.S. Saba: 26
26. Katakanlah, “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian
Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha
Pemberi keputusan, Maha Mengetahui.”
Sesungguhnya rahmat hanyalah milik Allah, sedangkan manusia
tidak memilikinya. Namun rahmat Allah tersebar di mana saja, termasuk
melalui manusia lain. Kita bisa menyalurkan rahmat Allah dengan membuka
jalan bagi orang lain untuk berusaha, berkreasi, dengan memberikan
lapangan pekerjaan, kesempatan, atau apapun yang bisa kita lakukan.
7. Al-Adl : Yang Maha Adil
Dialah zat yang berlaku adil di dalam hukum-Nya dan ketetapan-Nya.
Al-Adl menunjukkan bahwa dia adalah Tuhn yang seadil-adilnya, tidak
memihak kepada siapa pun dalam mengambil keputusan, sehingga tidak ada orang yang dirugikan sedikit pun, dan akan memperoleh balasan sesuai dengan pebuatan yang pernah dilakukan. Keadilan Allah akan Dia perlihatkan ketika di dunia dan juga di akhirat kelak.[13]
Allah swt. akan selalu membalas kebaikan dengan kebaikan ; sedangkan
kejahatan tentulah akan diimbangi dengan kejahatan pula. Oleh karena
itu, janganlah berlaku dzalim , dan senantiasa menjaga diri agar tidak
didzalimi.[14]
Manusia dalam kenyataanya sering tidak bisa berbuat adil dikarenakan
memiliki perasaan baik berupa nafsu maupun hati, sehingga terlihat
subjektif dalam berbagai hal. Kita bisa memulai melakukan sifat adil
dengan cara membagi waktu yang ada; waktu untuk belajar, istirahat,
beribadah, dan lain sebagainya. Kita juga harus beb]rbuat adil kepada
orang lain, seperti hal dalam memnentukan salah maupun benar, memberi
suatu pemberian dengan bijaksana, dan sebagainya.
Dalil Naqli : Q.S. An-Nahl : 90
90. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan)
perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
8. Al-Qayyum: Yang Maha Berdiri Sendiri
Dengan memperkenalkan diri-Nya sebagai Al-Qayyum, Allah ingin
menegaskan bahwa Dia yang mengatur segala sesuatu yang menjadi kebutuhan
makhluk-Nya secara sempurna dan terus-menerus, tanpa memandang makhluk
yang diurus-Nya itu berterima kasih atau tidak.[15]
Dialah Allah yang menciptakan semua yang ada di bumi dan apa yang ada
di langit tanpa minta bantuan orang lain. Contohnya, dalam penciptaan
alam semesta beserta isinya, Allah menciptakannya sendiri tanpa bantuan
siapa pun. Dalam melakukan sesuatu atau jika berkehendak terjadi
sesuatu, Allah cukup mengucap “kun” (jadilah). Segala sesuatu yang
memerlukan bantuan menunjukan ketidak sempurnaan. Allah adalah Zat Yang
Maha Pembari Pertolongan Dia-lah yang diperlukan oleh semua makhluk,
termasuk manusia.[16]
Dalil Naqli : Q.S. Ali Imran 2
2. “Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).”
Dalam memahami sifat ini, kita sebagai manusia harus menjadi
manusia yang tidak mudah menyerah ketika dihadapkan dengan berbagai
kesulitan. Tidak lekang karena panas, dan tidak lapuk karena hujan,
karena manusia harus sadar bahwa dengan sendirian pun kita harus tetap
berjuang, walau tanpa bantuan siapapun, dan walau tanpa dukungan dari
manapun. Karena Allah swt selalu bersama kita sesungguhnya.
9. Al-Hadi: Yang Maha Pemberi Petunjuk
Dialah yang memberi petunjuk bagi hamba-Nya yang dikehendaki.[17]
Petunjuk Allah kebenarannya mutlak. Allah mengetahui siapa yang pantas
diberi petunjuk dan siapa yang tidak. Sebaliknya, petunjuk manusia
relatife sifatnya, apalagi kebenarannya. Oleh karena itu, sebaik-baik
petunjuk yang diberikan Allah, yaitu Al-Quran. Al-Quran adalah
keterangan dari Allah yang menjadi petunjuk bagi manusia. [18]
Dalil Naqli : Q.S. Al-Qasas: 56
56. “Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada
orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang
yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.”
Hidayah mempunai arti petunjuk, maksudnya adalah menunjukkan disertai
kelembutan. Petunjuk Allah yang diberikan kepada manusia terbagi dalam
empat macam.
Pertama, petunjuk yang menjangkau mukallaf -dengan berbagai jenisnya-
yang berupa akal, kecerdasan dan pengetahuan dharuri (yaitu ilmu yang
didapat tanpa berpikir panjang) dan yang paling luas.
Kedua, hidayah yang diberikan kepada manusia melalui lisan para Nabi, Al-Quran, dan sarana lain yang sejenis dengan itu.
Ketiga, pemberian taufiq (pertolongan) yang khusus diberikan kepada orang yang mengharapkanpetunjuk.
Keempat, petunjuk di akhirat kepada surga.
Manusia mampu memberikan petunjuk kepada seseorang dengan melalui
dakwah (seruan) dan memperkenalkan cara-cara untuk mencapai berbagai
jenis hidayah-Nya.[19]
Manusia juga mampu memberi petunjuk dalam berbagai hal, seperti menunjukkan arah, jalan, lokasi, maupun waktu.
Dalam kaitan dengan asma Allah ini, dalam upaya kita untuk bercermin kepada sifat Allah, maka hendaknya kita :
- Dapat menjadi sumber dari para pemberi petunjuk
- Dapat memberi petunjuk kepada orang lain ke jalan yang benar dan lurus.
- Selalu dan di mana saja mengikuti petunjuk-petunjuk dayng diberikan oleh Rasulullah saw, yang menjadi suri tauladan bagi orang-orang yang beriman.
- Menjadikan petunjuk jalan kita segala ucapan dan nasihat yang baik serta amal perbuatan yang baik pula.[20]
10. As-Sabur: Yang Maha Penyabar
Dialah yang Maha Sabar, tidak tergesa-gesa menurunkan siksa kepada hamba-Nya.[21]
Allah juga menangguhkan adzab-Nya terhadap orang-orang yang berdosa.
Yang juga menunda pelaksanaan hukumannya terhadap kaum yang menentang
dan melawan kehendak-Nya. Yang memberikan kepada mereka kesempatan yang
seluas-luasnya untuk sadar dan mau kembali ke jalan yang benar dan
lurus.[22]
Dalil Naqli : Q.S. Luqman: 31
31. Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu
berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran)-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur”
Seringnya terjadi perpecahan diantara manusia dikarenakan
kadang kurangnya rasa sabar dan terlalu terburu nafsu untuk mencapai
suatu hal, padahal sabar merupakan sebuah langkah yang mungkin nampak
sederhana tapi sangat bermakna. Dengan sabar bisa membuat kita lebih
tenang dalam menentukan langkah selanjutnya. Kita juga jangan mudah
terpancing berbagai hal yang dapat menganggu kestabilan emosi kita,
apabila terjadi segera bersitighfar dan apabila marah disunahkan oleh
Rasulullah untuk berwudhu.
0 comments :
Posting Komentar